Santri Ponpes Miftahul Ihsan Juara, Kepala Madrasah Berikan Apresiasi

By Admin 06 Sep 2024, 06:04:34 WIB Prestasi
Santri Ponpes Miftahul Ihsan Juara, Kepala Madrasah Berikan Apresiasi

Sumenep, Siswa Madrasah Aliyah Al Maarif Plus di bawah naungan Yayasan Miftahul Ihsan kembali menorehkan prestasi. Kali ini, Maulana Malik Ibrahim, siswa kelas XII, berhasil juarai lomba di tingkat provinsi. 

Siswa kelahiran Jakarta itu dinobatkan sebagai juara 2 dalam ajang Tiktok Video Competition yang diselenggarakan Milenial Job Center (MJC) Provinsi Jawa Timur. 

Selamat kepada para pemenang Lomba Tiktok Video Competition dengan tema 'Muda, Berdaya, Berkarya', demikian bunyi pengumuman pemenang lomba yang dikutip dari akun Instagram resmi MJC, @mjcjatim, Sabtu (1/1/2022). 

Baca Lainnya :


Video yang membawakan Lana juara itu mengangkat kisah seorang anak pengrajin keris di Sumenep. Di usianya yang masih belia, sang anak sudah mampu menghasilkan keris. Hal ini tak lepas dari didikan orang tua yang mengajarkan anak untuk berkontribusi dalam melestarikan budaya leluhur. 

Kepala Madrasah Aliyah (MA) Al Maarif Plus Sumenep, K. Bahrudin, M.Pd.I mengapresiasi prestasi santri tersebut. Prestasi ini, kata K. Bahrudin, menunjukkan bahwa MA Al Maarif Plus tidak hanya memberikan penekanan terhadap bidang ilmu keagamaan saja, tetapi juga berusaha menangkap peluang di tengah perubahan zaman yang semakin komplek, maju dan penuh dengan tantangan disrupsi. 

“Kami atas nama pribadi dan keluarga besar MA Al Maarif Plus mengucapkan selamat dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pencapaian tersebut. Semoga bisa membangkitkan semangat siswa lainnya untuk melek digital di era disrupsi,” kata K. Bahrudin, Jumat (31/12/2021). 

Penggunaan tiktok sebagai media kompetisi, menurut K Bahrudin, bisa dipahami karena tiktok merupakan salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak muda. 

“Melalui kompetisi ini saya kira Pemprov Jawa Timur ingin memberikan bobot nilai dan makna terhadap konten-konten media sosial agar lebih mendidik dan berguna bagi kemashlahatan masyarakat, terutama anak-anak muda sebagai pengguna mayoritasnya,” katanya. 

Di tengah kemajuan teknologi ini, kata mantan aktivis HMI Jakarta itu, pesantren dan santri menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks, yang membuat para pendidik perlu melakukan sesuatu yang baru untuk menjaga pesantren mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. 

Menurutnya, sikap apatis terhadap kemajuan teknologi jelas bukanlah sikap yang bijak. Sebaliknya, pesantren justru harus menangkap peluang itu dengan berusaha mensinergikan ilmu keagamaan dengan tantangan era revolusi teknologi. 

“Tidak boleh ada pandangan yang dikotomis antara ilmu keagamaan dan penguasaan teknologi. Sehingga pesantren menjadi satu kekuatan struktur sosial yang terus relevan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan masyarakat dan kemodernan,” katanya. 

Di era disrupsi ini, lanjut K. Bahrudin, ada perubahan perilaku masyarakat yang sangat mendasar: dari dunia nyata ke dunia maya. Di dunia maya lah transaksi keuangan, bisnis, dakwah, hiburan,  pendidikan , jejaring dan teman dibangun. Dunia, katanya, berubah dengan sangat cepat.

Baca Juga

cara menggugurkan kandungan

obat cytotec

“Kita masih baru mengenal mobile internet, sekarang di mana-mana sudah bicara teknologi kecerdasan buatan (artificial Intelligence). Hal ini tentu besar dampaknya terhadap pesantren. Pesantren tidak lagi cukup hanya mengandalkan aspek korespondensi-tekstual, tradisi menghafal teks-teks keagamaan dan lain-lain, tetapi harus diimbangi dengan dasar-dasar pengetahuan yang fungsional dalam kehidupan masyarakat secara luas,” katanya. 

Sehingga, ujar K. Bahrudin, pembelajaran itu tidak mau harus dilakukan dengan pendekatan yang holistik dan tertintegrasi, agar santri mampu mengakses dan memanfaatkan era revolusi teknologi dengan baik. 

Apa yang dilakukan santri dalam kompetisi tersebut, lanjut K Bahrudin, berangkat dari sebuah kesadaran bahwa belajar tidak harus dilakukan di ruang kelas, tetapi dengan cara turun langsung ke masyarakat, mengintegrasikan seluruh sumber informasi yang ada di masyarakat, ke dalam kegiatan pembelajaran.

“Belajar langsung dari perilaku masyarakat, melakukan riset-riset sederhana terkait problem-problem kemasyarakatan, yang kemudian dituangkan ke dalam kreativitas, untuk kemudian memanfaatkan teknologi sebagai medianya,” katanya. 

Secara terpisah, sang juara Maulana Malik Ibrahim, siswa kelas XII MA Al Maarif Plus, bersyukur bisa meraih juara 2 dalam kompetisi tersebut. Menurutnya, keterlibatan santri dalam ajang kompetisi di bidang kreativitas dan teknologi adalah satu kebanggaan tersendiri. 

“Dulu kan yang istimewa kalau kita bisa ikut kemah dan juara. Salurannya sangat terbatas. Juara kemah di tingkat lokal pun dirayakan secara besar-besaran. Karena memang saat itu kemah adalah saluran kreativitas santri yang paling mungkin sebelum era sosmed,” kata Lana. 

Tapi hari ini, kata Lana, kita sudah semakin terbuka dan tantangannya juga sudah sangat berbeda. Teknologi membuka ruang-ruang kreativitas baru yang jauh lebih beragam. Sehingga pola lama yang cenderung hanya bersifat hura-hura, mengandalkan kreativitas fisik, itu semakin tidak relevan. 

“Santri perlu mencoba hal-hal baru yang lebih kekinian,” pungkas siswa yang juga pernah juara lomba videografi di Surakarta itu. 

Sekadar info, para juara dalam kompetisi ini dijadwalkan akan bertemu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Surabaya pada Maret 2022 mendatang.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Loading....


Kanan - Iklan Sidebar

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.