GengWDGengWDGengWDGengWDGengWDGengWDGengWDGengWD

Outlook Pendidikan Madrasah: Antara Tantangan dan Peluang Masa Depan

waktu baca 4 menit
Jumat, 25 Apr 2025 13:34 0 176 Yasmi

SUMENEP – Pendidikan madrasah telah lama menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Di tengah arus globalisasi dan perubahan sosial yang dinamis, madrasah tidak hanya dituntut untuk tetap eksis, tetapi juga mampu bersaing dalam hal mutu, relevansi, dan daya saing lulusan. Outlook pendidikan madrasah saat ini mengungkap realitas ganda: keberhasilan yang patut diapresiasi, namun juga tantangan fundamental yang tidak bisa diabaikan.

Dalam satu dekade terakhir, madrasah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Data dari Kementerian Agama mencatat peningkatan akses, jumlah siswa, dan perbaikan mutu manajemen lembaga. Tidak sedikit madrasah yang mencetak prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya, siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia rutin diterima di kampus-kampus ternama dunia. Hal ini menunjukkan bahwa madrasah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.

Namun di balik itu, tantangan yang dihadapi tidaklah sederhana. Yang paling krusial adalah ketimpangan kualitas antar madrasah, terutama antara madrasah negeri dan swasta. Banyak madrasah swasta di daerah terpencil masih bergelut dengan keterbatasan dana, sarana-prasarana yang minim, dan guru yang belum terlatih secara profesional. Padahal, lebih dari 85% madrasah di Indonesia berstatus swasta dan menjadi andalan pendidikan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Pendanaan juga masih menjadi persoalan sentral. Meski sudah ada dana BOS dan bantuan operasional lainnya, distribusi dan pemanfaatannya belum merata. Hal ini berdampak langsung pada kualitas pembelajaran. Guru madrasah swasta, misalnya, masih banyak yang menerima honor di bawah standar, bahkan tidak tetap. Ini sangat kontras dengan tanggung jawab besar yang mereka pikul dalam mencerdaskan generasi bangsa.

Kurikulum juga menjadi medan evaluasi. Kurikulum madrasah masih cenderung padat karena harus memadukan pelajaran umum dan keagamaan. Dalam praktiknya, banyak siswa madrasah merasa terbebani karena beban jam pelajaran yang tinggi. Diperlukan reformasi kurikulum yang lebih adaptif, kontekstual, dan berorientasi pada penguatan kompetensi, bukan sekadar pengisian materi.

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag RI, M. Isom Yusqi, dalam tulisannya menyebutkan bahwa “madrasah harus bisa mengintegrasikan antara nilai-nilai keislaman dengan keterampilan abad 21 seperti literasi digital, kolaborasi, dan berpikir kritis.” Ini menunjukkan bahwa arah pengembangan madrasah tidak bisa hanya terpaku pada tradisi, tetapi juga harus berpandangan futuristik.

Senada dengan itu, Prof. Komaruddin Hidayat, seorang cendekiawan muslim dan mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, pernah menyatakan: “Jika madrasah tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, maka ia akan tertinggal dan hanya menjadi nostalgia sejarah.” Ini adalah peringatan bahwa adaptasi dan inovasi adalah keharusan, bukan pilihan.

Meski begitu, peluang bagi madrasah tetap terbuka luas. Basis nilai-nilai keagamaan yang kuat bisa menjadi landasan kokoh dalam membentuk karakter generasi muda. Di tengah krisis moral dan identitas, madrasah memiliki keunggulan dalam membangun siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berintegritas dan berjiwa sosial. Inilah diferensiasi madrasah yang bisa menjadi kekuatan utama dalam menghadapi era disrupsi.

Digitalisasi juga bisa menjadi jalan keluar. Pandemi COVID-19 menjadi momentum percepatan digitalisasi pendidikan. Jika dimanfaatkan dengan baik, teknologi bisa membantu madrasah menutup jurang ketimpangan. Platform belajar daring, sistem manajemen sekolah digital, dan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) bisa membuka ruang inovasi yang selama ini tertutup karena keterbatasan fisik.

Pemerintah pun sudah mulai bergerak. Inisiatif untuk penguatan madrasah berbasis riset, pemberdayaan guru melalui program PPG, hingga rencana pengembangan kurikulum berbasis cinta adalah langkah awal yang menjanjikan. Namun, semua ini memerlukan konsistensi kebijakan, pengawasan ketat, serta keterlibatan aktif masyarakat dan dunia industri.

Akhirnya, outlook pendidikan madrasah adalah cermin dari wajah pendidikan nasional itu sendiri—penuh harapan namun sarat pekerjaan rumah. Jika dikelola dengan serius dan diberi perhatian proporsional, madrasah dapat menjadi pelopor pendidikan berbasis nilai yang berdaya saing tinggi. Maka, sudah saatnya kita tidak hanya memuji keberhasilan madrasah dalam angka dan prestasi, tetapi juga mendorong perbaikan sistemik agar madrasah benar-benar menjadi rumah pendidikan masa depan yang inklusif, inovatif, dan berkarakter.

Written By: Khairuddin [English Teacher of MA. Al Ma’arif Plus]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bottom Menu dengan Border Melengkung