SUMENEP – Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang produktif. Di era globalisasi dan revolusi industri 4.0 ini, hubungan antara pendidikan dan produktivitas SDM menjadi semakin nyata dan strategis. Tanpa pendidikan yang berkualitas, produktivitas nasional akan stagnan, daya saing internasional menurun, dan kesejahteraan masyarakat sulit tercapai.
Pendidikan tidak hanya membekali seseorang dengan pengetahuan teoretis, tetapi juga dengan keterampilan praktis, etos kerja, sikap inovatif, serta kemampuan beradaptasi. Inilah modal utama untuk menciptakan SDM yang mampu menghasilkan nilai tambah, baik di sektor formal maupun informal. SDM yang terdidik cenderung lebih kreatif, lebih mampu memanfaatkan teknologi, dan lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis.
Ekonom dunia, Theodore W. Schultz, peraih Nobel Ekonomi 1979, pernah menegaskan bahwa investasi dalam pendidikan adalah bentuk investasi paling penting untuk meningkatkan produktivitas manusia. Menurutnya, “Human capital formation through education is the most significant factor in the economic progress of nations.” (Pembentukan modal manusia melalui pendidikan adalah faktor paling signifikan dalam kemajuan ekonomi negara-negara).
Dalam konteks Indonesia, tantangan meningkatkan produktivitas SDM sangat terasa. Berdasarkan laporan Bank Dunia (World Bank) tahun 2024, kualitas pendidikan di Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara tetangga di Asia Tenggara, terutama dalam literasi, numerasi, dan keterampilan abad 21. Ini berdampak langsung terhadap produktivitas kerja nasional, yang tercatat masih rendah dibandingkan negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, atau Thailand.
Pendidikan yang tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja juga memperparah masalah ini. Banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena skill mereka tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja (link and match) yang belum sepenuhnya terjembatani.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim, dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya pendidikan berbasis kompetensi. Ia mengatakan, “Hari ini kita tidak hanya perlu belajar teori, tapi harus membangun kompetensi: kreativitas, pemecahan masalah, komunikasi, dan kolaborasi. Pendidikan harus mendorong anak-anak kita menjadi pembelajar sepanjang hayat.” Pendapat ini memperkuat kesadaran bahwa pendidikan masa kini harus fokus pada pengembangan soft skills dan critical thinking, tidak hanya penguasaan materi akademik.
Untuk meningkatkan produktivitas SDM melalui pendidikan, setidaknya ada tiga langkah strategis yang harus diambil:
Jika pendidikan mampu menciptakan SDM yang produktif, maka bonus demografi Indonesia pada tahun 2030-an dapat dimanfaatkan secara optimal. Namun, jika tidak, justru akan menjadi bencana sosial berupa pengangguran massal dan meningkatnya kemiskinan.
Sebagaimana yang pernah dikatakan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia:
“Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak; maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.“
Kutipan ini menegaskan bahwa pendidikan sejatinya bertujuan membentuk manusia produktif yang berdaya guna bagi dirinya dan lingkungannya.
Oleh karena itu, masa depan Indonesia tidak hanya bergantung pada kekayaan alam atau jumlah penduduknya, tetapi pada sejauh mana bangsa ini mampu memanfaatkan pendidikan untuk meningkatkan produktivitas SDM-nya. Pendidikan bukan sekadar jalan menuju gelar, tetapi jembatan emas menuju masa depan yang lebih sejahtera dan berdaya saing.
Tidak ada komentar